Friday, January 16, 2015

Antara Obesitas dan Kurang Gerak, Mana yang Lebih Mematikan?

Antara Obesitas dan Kurang Gerak, Mana yang Lebih Mematikan?

Para pakar sepakat bila obesitas atau kelebihan berat badan akan mendatangkan berbagai risiko bagi kesehatan. Terutama penyakit kronis seperti serangan jantung dan stroke. Akan tetapi ada yang lebih 'mematikan' daripada obesitas. Apa itu?

Selama ini yang kita tahu obesitas dan kurang gerak selalu berjalan beriringan. Orang yang kelebihan berat badannya biasanya malas bergerak, sebaliknya orang yang kurang gerak rata-rata karena berat badannya di atas berat tubuh ideal.

Namun menurut tim peneliti dari University of Cambridge, orang kurus dan malas bergerak justru lebih berisiko terserang gangguan kesehatan ketimbang orang gemuk yang rutin berolahraga. Dan ini dibuktikan peneliti dengan hasil studi selama 12 tahun yang menunjukkan bahwa kurang gerak mengakibatkan kematian dua kali lebih banyak daripada obesitas di Eropa.

Untuk keperluan studi ini, peneliti merekrut 334.161 orang Eropa dan mengamati mereka selama 12 tahun. Aspek yang diperhatikan peneliti adalah lingkar pinggang dan aktivitas olahraga yang dilakukan responden. Tiap kematian juga dicatat dengan baik oleh peneliti.

Di akhir penelitian, Prof Ulf Ekelund mengungkapkan bahwa risiko terbesar dari kematian dini terletak pada kurangnya gerak. "Dan ini konsisten terjadi pada semua orang, baik yang berat badannya normal, berlebihan atau bahkan obesitas," simpulnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (16/1/2015).

Bahkan Prof Ekelund berani mengatakan bahwa jika kebiasaan kurang atau malas bergerak ini dikurangi, maka angka kematian akibat hal ini bisa berkurang hingga 7,5 persen atau 676.000 kasus. Sedangkan mengurangi angka obesitas hanya akan menurunkan angka kematian sebesar 3,6 persen atau 337.000 kasus.

"Tapi jangan kemudian kita harus memilih salah satu. Dua-duanya bisa diatasi secara bersamaan. Jadi untuk mengurangi obesitas, kebiasaan olahraga harus digalakkan, sebagai strategi utama kalau perlu," paparnya.

Prof Ekelund sendiri merekomendasikan olahraga sederhana yang dapat mengatasi kedua masalah ini, yakni jalan cepat. Apalagi jalan cepat dapat dilakukan oleh orang-orang dengan berbagai bentuk dan ukuran berat badan.

"Tak perlu lama-lama, cukup 20 menit jalan cepat atau olahraga lain yang intensitasnya sama, bisa sambil berangkat atau pulang kerja, makan siang atau bahkan ketika menonton TV," sarannya. detik.com

Blog Archive