Sunday, March 15, 2015

Survei Ini Sebut 'Penampilan' Penis Sering Jadi Bahan Ejekan Para Lelaki

Survei Ini Sebut 'Penampilan' Penis Sering Jadi Bahan Ejekan Para Lelaki

Saling ejek sambil bercanda terutama bagi remaja sudah menjadi hal yang lumrah. Terutama bagi laki-laki, nyatanya kondisi alat vital mereka pun tak luput dari ejekan teman-temannya yang kemungkinan bisa memunculkan rasa malu.

Urolog dari University of Iowa menuturkan jika para orang tua yang membawa anaknya untuk disunat atau sekadar mengurangi kulit kulup penis masih tetap khawatir jika penampilan penis si anak akan menjadi bahan ejekan saat mereka besar nanti. Tim peneliti yang diketuai Dr Chris Cooper pun melakukan sebuah survei.

Mereka mensurvei 290 sarjana pria di University of Iowa tentang kebiasaan mereka saat di ruang ganti usai kelas olahraga dan bagaimana ejekan teman mereka soal penampilan penis masing-masing. Secara keseluruhan, 47 persen responden mengaku pernah melihat orang lain menggoda temannya seputar penampilan penis.

"Sementara penampilan penis menjadi alasan 83% orang melakukan ejekan itu. Fokusnya, lebih pada kondisi penis yang tidak disunat atau kondisi penis yang dianggap aneh meskipun kenyataannya belum tentu seperti itu," tutur Dr Cooper dalam laporannya di The Journal of Urology, dan dikutip pada Jumat (13/3/2015).


Dari seluruh responden, hanya 10% orang yang mengaku malu sendiri dengan penampilan penis mereka. Meskipun peneliti menemukan bahwa adanya ejekan atau tidak terkait penampilan penis mereka, pria tidak terlalu terpengaruh untuk melakukan prosedur yang dianggap bisa memperbaiki penisnya.

Namun, Cooper mengingatkan bahwa hasil studi ini terbatas karena hanya mensurvei satu kelompok laki-laki di satu perguruan tinggi saja. Terlepas dari sering tidaknya pria diejek karena kondisi penisnya, Charbel El Bcheraoui selaku peneliti kesehatan di University of Washington menuturkan intimidasi lisan bagaimanapun bisa memberi efek jangka pendek dan panjang pada psikologis seseorang.

"Dalam kasus penampilan penis ini, bisa timbul akibat berupa isolasi sosial atau penurunan harga diri. Maka dari itu, perlu adanya strategi sosial dan pendidikan agar intimidasi seperti ini tidak berlanjut. Diharapkan remaja atau anak bisa lebih terbuka pada orang tua sehingga ketika dia merasa tidak nyaman sering diejek, ia bisa mengatakannya. Apalagi, hal-hal seperti ini bisa saja menjadi bentuk bullying bagi anak," tutur Charbel. detik.com

Blog Archive