Sunday, February 8, 2015

Lukisan Karya Raden Saleh Dipreteli Ahli dari Jerman

Lukisan Karya Raden Saleh Dipreteli Ahli dari Jerman

Primadona dalam pameran Aku Diponegoro: Sang Pangeran Dalam Ingatan Bangsa yang digelar di Galeri Nasional 5 Februari hingga 8 Maret mendatang adalah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Lukisan tersebut merupakan karya legendaris dari pelukis maestro Indonesia, Raden Saleh, pada 1856-1857, selang setahun setelah Pangeran Diponegoro wafat di Makassar pada 1855.

Raden Saleh membuat lukisan itu untuk hadiah kepada Raja Willem III dan mengandung kritik yang tersembunyi dalam guratan sketsa dan warna yang ia gores.

Raden Saleh mencela cara Belanda dalam menangkap Pangeran Diponegoro dengan menggambarkan kepala tentara Belanda lebih besar secara tidak normal dan sekaligus membongkar kebohongan karya pelukis Nicolaas Pieneman yang juga memiliki tema yang sama.

Setelah ratusan tahun berada di Belanda, akhirnya pada 1978, Ratu Juliana mengembalikan lukisan tersebut kepada pemerintah Indonesia. Oleh pemerintah kala itu, masterpiece tersebut ditempatkan di Istana Negara.

Saat pameran terkait sang pangeran akan digelar, ternyata kondisi lukisan yang siap ditampilkan sebagai ikon utama tersebut sudah terlalu tua.

Kami menemukannya dalam kondisi yang kurang baik," ujar Catrini Pratihari dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo selaku pelaksana restorasi.

Catrini menceritakan kepada CNN Indonesia bahwa ketika akan dilakukan restorasi pada 2012, lukisan tersebut memiliki pernis yang sudah tebal, getas, menguning, mengelantang, dan di beberapa bagian lukisan sudah berjamur serta kanvasnya bergelombang.

Kegiatan restorasi yang juga didukung oleh Goethe Institut dan Istana Kepresidenan RI tersebut mendatangkan seorang pakar restorasi asal Jerman yang sebelumnya pernah merestorasi lukisan Raden Saleh, Susanne Erhards.

"Terpilihnya Erhards selain pengalamannya juga karena di Indonesia belum ada ahli restorasi yang pernah melakukan tindakan tersebut pada lukisan Raden Saleh," ujar Catrini.

Agustus 2012, Susanne memulai pengerjaannya 'mempreteli' lukisan berusia lebih dari 150 tahun tersebut. Dengan telaten dan sabar ia merestorasi karya Raden Saleh, mulai dari membuang pernis yang tua, mencabut paku-paku dari lukisan, hingga melakukan pengecatan ulang setiap detail lukisan Raden Saleh.

Di tengah upaya restorasi tersebut, ditemukan bahwa lukisan legendaris itu pernah mengalami dua kali restorasi tanpa ada keterangan dan penambahan warna secara sembarangan, yang hingga kini belum diketahui dokumentasi terkait tindakan tersebut.

"Ketika saya menemukannya, ini sudah sangat tua dan sudah pernah dipernis dua kali. Ini sangat rapuh dan kesulitannya harus sangat hati-hati dan secara perlahan," ujar Erhards kepada CNN Indonesia (5/2).

Bagi pakar konservator ini, pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran ekstra seperti restorasi lukisan tua adalah menyenangkan.

Ia mengaku kepada CNN Indonesia merasa sangat bangga dapat melakukan restorasi karena menggabungkan ilmu seni, sains, dan sejarah menjadi satu kegiatan guna menghidupkan kembali sejarah ataupun karya seni.

"Meskipun mata saya kadang-kadang lelah, tetapi ini sangat menyenangkan dan mengagumkan dapat melakukannya untuk mengangkat kembali sejarah," ujar Erhards dengan sorot mata berbinar-binar.

Erhards hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk menghidupkan kembali karya Raden Saleh. Dengan dukungan penuh dari sponsor dan pemerintah, ia melakukannya dengan sangat baik di Istana Bogor.

Kini, pengunjung pameran dapat melihat sendiri tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh Susanne Erhards di Gedung B Galeri Nasional selama pameran Diponegoro ini berlangsung. Mulai dari melihat tahapan hingga melihat lapisan mikro serat kanvas berusia 150 tahun pun dapat dilakukan di pameran tersebut. (CNN Indonesia)

Blog Archive