Wednesday, March 18, 2015

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak


Berlawanan dengan kepercayaan populer, manusia tidak memiliki persediaan terbatas sel-sel otak. Tentu, mayoritas dari sel-sel otak tumbuh sejak awal kehidupan, tetapi beberapa daerah otak terus tumbuh menjadi dewasa dan seterusnya. Proses itu dikenal dengan neurogenesis.

Hippocampus adalah salah satu dari daerah otak tersebut, dan juga salah satu daerah yang paling penting dari otak, memainkan peran dalam memori, emosi, dan proses belajar.

Tapi saat manusia beranjak tua, sejumlah faktor bersaing dengan neurogenesis dan membunuh sel-sel otak. Bahkan kegiatan sehari-hari yang biasa Anda lakukan pun bisa menjadi faktor pembunuh sel otak.

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak

Kurang tidur
The National Sleep Foundation merekomendasikan kebanyakan orang dewasa untuk tidur tujuh hingga sembilan jam setiap malam. Tentu saja rekomendasi tersebut memiliki alasan yang baik. Saat tidur otak memberikan cukup waktu untuk melalui tahap tidur, yang berangsur-angsur menjadi lebih dalam, dan berakhir di tidur REM (rapid eye movement).

Mendapatkan tidur REM sangat penting karena selama proses tersebut otak bekerja keras untuk membuat kita tertidur - dengan menyebabkan kelumpuhan pada anggota badan selama keadaan mimpi, misalnya - juga mengaktifkan daerah otak yang bertanggung jawab untuk belajar. Pada saat tidur REM, memori diperkuat dan disimpan, dan tingkat energi diisi ulang.

Dengan fakta tersebut, tidak mengherankan bila seseorang yang secara konsisten kekurangan waktu tidur akan lebih sulit berkonsentrasi, membuat keputusan, dan terlibat dalam proses belajar dan situasi sosial.

Sebuah studi dari tahun lalu menunjukkan bagaimana efek kurang tidur sejalan dengan kerusakan otak. Studi tersebut menemukan neuron di daerah penghasil energi otak yang disebut locus coeruleus (LC) mulai mati saat Anda terjaga berkepanjangan. Tanpa sel-sel yang berfungsi menghasilkan energi ini, tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik pada hari berikutnya.

Studi lain menemukan kurang tidur dapat menyebabkan penyusutan cerebral cortex dan hippocampus, terutama pada orang dewasa berusia lebih dari 60 tahun, menunjukkan bahwa tidur menjadi semakin penting seiring dengan bertambahnya usia.

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak


Merokok
Indonesia berada di urutan ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia, setelah Tiongkok dan India. Setiap menyalakan rokok, para perokok menghirup lebih dari 7 ribu bahan kimia beracun, 69 di antaranya telah terbukti menyebabkan kanker. Merokok menyebabkan berbagai macam penyakit, dari bronkitis kronis, emfisema, hingga penyakit jantung dan stroke.

Stroke sendiri telah terbukti dapat menyebabkan kerusakan otak. Tetapi dengan semua racun yang ada di asap rokok, ada beberapa yang secara khusus memengaruhi otak.

Dalam studi tahun 2002 dari Frances National Institute for Health and Medical Research, ilmuwan menemukan tikus yang kecanduan nikotin menghasilkan neuron 50 persen lebih sedikit dalam hippocampuss dentate gyrus mereka. Tikus yang mengambil dosis nikotin lebih tinggi juga mengalami kematian sel otak paling banyak.

Jika itu tidak cukup buruk, studi lain dari India menemukan senyawa dalam rokok, yang disebut NNK, dapat menyebabkan respons berlebihan dalam sel darah putih otak, memaksa mereka untuk menyerang sel-sel otak yang sehat.

Para peneliti percaya temuan mereka bisa menjelaskan mengapa perokok yang mencoba berhenti merasakan masalah kognitif jangka pendek. Saat mereka merokok, efek stimulan dari masker nikotin menghilangkan plastisitas neuron," kata penulis studi Pier Piazza kepada New Scientist. "Ketika mereka berhenti merokok, kekurangan itu tetap terjadi.
Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak

Dehidrasi
Mengingat 75 persen dari otak terbuat dari air, maka kekurangan cairan bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak.

Dehidrasi ringan dapat terjadi ketika Anda lupa minum selama empat jam. Jika kondisi itu dibiarkan dehidrasi yang terjadi akan semakin buruk, yang dapat menyebabkan otak membengkak (cerebral edema) karena tubuh mencoba untuk menarik lebih banyak air ke dalam sel - beberapa di antaranya akhirnya dapat pecah.

Kejang bisa menjadi salah satu gejalanya, karena ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan neuron salah berkomunikasi. Semua ini menyebabkan otak bekerja lebih keras untuk berfungsi dengan baik, yang pada gilirannya dapat menyebabkan menyusut, menurut sebuah studi tahun 2011.


Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak

Stres
Banyaknya tantangan terkadang membuat kita menjadi lebih fokus dan konsentrasi. Namun, stres juga dapat menjadi bumerang bagi tubuh, yang dapat merusak konsentrasi, menyebabkan iritabilitas, dan membunuh energi.

Yang perlu disalahkan adalah hormon stres kortisol, yang dilepaskan dari kelenjar adrenal pada saat Anda stres. Hormon itu mengaktifkan beberapa proses biologis dengan tujuan mengalihkan energi ke tempat yang paling dibutuhkan, misalnya sistem pencernaan, berhenti sementara detak jantung meningkat.

Pada orang dengan stres kronis, tingkat kortisol bisa sangat berlebihan hingga otak akhirnya memproduksi myelin lebih banyak dan neuron lebih sedikit. Myelin adalah materi lemak yang membentuk materi putih otak dan mempercepat komunikasi antara neuron.

Tapi perubahan dalam otak tersebut, para peneliti mengatakan, mungkin akan menyebabkan risiko seseorang mengalami penyakit kesehatan mental seperti skizofrenia dan gangguan kecemasan.

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Membunuh Sel-sel Otak

Kokain dan narkotika lainnya
Obat-obatan seperti kokain, methamphetamine, garam mandi (cathinones sintetis), dan MDMA (ekstasi atau molly) semua mengaktifkan sistem penghargaan otak, memicu pelepasan neurotransmitter serotonin, dopamin, dan norepinephrine.

Sementara memicu semua neurotransmiter ini dapat menyebabkan euforia tinggi dan membuat penggunanya sangat aktif, mereka juga merusak neuron yang bertanggung jawab untuk melepaskan bahan kimia yang membuat Anda merasa lebih baik.

Akibatnya, penggunanya dapat mengembangkan toleransi terhadap obat, yang memaksa mereka untuk mengonsumsi lebih banyak lagi dari waktu ke waktu. Yang artinya, akan lebih banyak sel-sel otak yang rusak atau bahkan terbunuh.

Pada studi tahun 2003 tentang kokain, peneliti melihat sampel otak dari 35 pengguna kokain yang telah meninggal dan membandingkannya dengan otak 35 non pengguna. Mereka menemukan kadar dopamin jauh lebih rendah pada mereka yang telah menggunakan kokain, terutama pada mereka yang mengalami depresi juga, menunjukkan bahwa neuron yang memproduksi dopamin lebih sedikit.

Para peneliti percaya bahwa kerusakan sel-sel otak ini adalah yang menyebabkan kecanduan narkoba, karena penggunanya semakin sulit untuk merasa lebih baik. detik.com

Blog Archive