Saturday, March 7, 2015

megi megawati : "(mimpi basah) dengan guru olah raga"

Hidup itu bukan pilihan. Tapi saya rasa kodrat yang sudah diberikan Tuhan. Allahu Akbar. Entah ada yang menyebutnya waria, transgender atau wadam. Tapi bagi saya sendiri saya wanita. Kalau boleh meminta, saya memilih salah satunya, ujar Miss Waria 2004, Megi Megawati.
Begitulah pengakuan Megi dalam perbincangan Agama dan Masyarakat di KBR68H dan Tempo TV, Rabu (20/11). Ia menuturkan, bermula saat keanehan* mimpi basah yang ia alami.
Saya beruntung lahir di keluarga yang demokratis, sehingga apa pun dapat saya sampaikan. Saat teman-teman selevel saya dulu mimpi basah, sayasebaliknya memimpikan guru olahraga. Saya kemudian dibawa ke psikiater kemudian saya ceritakan semuanya. Dan saya sudah memutuskan saat itu saya berbeda, tutur Megi.
Megi mengaku tidak pernah menyesali atas keadaannya sebagai transgender. Ia justru mengaku ikhlas terhadap keadaan yang dialaminya.
Saya anggap itu kelebihan saya. Saya lahir secara fisik laki-laki dengan pernyataan dokter. Tapi perilaku dan hati saya perempuan. Bagi saya kepercayaan diri dan keikhlasan hati yang paling penting. Dan saya selalu berkiblat ke orang tua saya, sehingga bisa sampai seperti sekarang, kata Megy
Peran Orang Tua
Peran orang tua bagi Megi sangat besar. Mereka tidak malu memiliki anak yang transgender. Ini yang membedakan dengan sebagian orang tua yang malu memiliki anak transgender. Akibatnya banyak kaum transgender tidak memiliki pendidikan yang cukup karena tidak disekolahkan orang tuanya. Padahal, menurut Megi, pendidikan anak sangat penting untuk tumbuh kembangnya.
Meskipun Megy seorang transgender, Ia mengaku tetap menjalani kehidupan beragama sesuai pada umumnya pemeluk agama lainnya. Sebagai seorang Muslim, ia menuturkan tetap menjalankan ibadah sholat lima waktu dan juga puasa pada Bulan Ramadhan. Menurutnya yang terpenting adalah hubungannya dengan Allah secara langsung, bukan penilaian orang lain kepadanya.
Saya dari kecil Muslim, ya sebagai Muslim yang baik. Saya ya sholat dan puasa. Justru saya beruntung kalau puasa bisa full. Karena kalau wanita lainnya tidak bisa full karena ada halangan haid. Yang penting kiblatnya ke Allah, ucap Megi.

Pemahaman soal Transgender
Lebih lanjut, Megi sebenarnya juga mengetahui dalam beberapa kitab suci tertulis tentang kisah transgender. Misalkan dalam Al Quran yang menuliskan pemberian hukuman Allah kepada kaum Luth karena suka sesama jenis. Namun, menurut Megi, ada penafsiran tersendiri tentang surat tersebut.
Saya rasa itu di zaman nabi itu adanya. Di zaman saya yang era modern dan globalisasi zamannya sekarang berbeda. Yang mana zaman Nabi Luth dulu dilempar batu. Tanpa adanya waria dimana-manapun, namanya di Aceh, Jepang, Thailand juga kena yang namanya tsunami. Yang namanya musibah juga kita tidak tahu kapannya. Yang namanya kebahagiaan juga kita tidak tahu. Yang namanya rahman dan rahim itu yang saya jalani di hidup sekarang, jelas Megi.
Transgender Masih Didiskriminasikan
Meski demikian, Megi mengaku tidak semua temannya yang transgender seberuntung dirinya. Dalam pengamatannya, masih banyak kaum transgender yang didiskriminasi oleh keluarga dan lingkungan masyarakatnya. Bahkan tak jarang yang mengalami penyiksaan karena statusnya yang transgender.
Teman-teman yang lain terkadang dari keluarga saja sudah didiskriminasi. Bahkan ada juga* yang disiram pakai minyak tanah, ada juga yang disetrum. Saya menjelaskan pertama kunci utamanya sebenarnya di keluarga, kata Megi.
Ketidaksetujuan diskriminasi terhadap kaum transgender juga disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Peduli Umat, Asma Ratu Agung. Menurutnya, Islam merupakan agama yang rahmatan lil 'alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh makhluk.
Saya sudah bergaul dengan mereka. Memang banyak sebabnya. Ada yang karena kelamin ganda sehingga harus memilih salah satu. Kedua karena akibat pergaulan. Ketiga karena hormonal. Jadi banyak sebab mereka menjadi transgender. ungkap Asma dalam perbincangan Aagama dan Masyarakat KBR68H dan Tempo TV
Asma menegaskan tugas seorang Muslim atau pemeluk agama lainnya sebenarnya hanyalah mengingatkan saja apa yang tertulis dalam kitab suci masing-masing. Bukan memaksakan apa yang tertulis dalam kitab suci kepada orang lain.*
Dalam pemahaman Islam, kita sesama umat manusia itu hanya diwajibkan menyampaikan aturan saja apa yang tertulis dalam Al Quran dan Hadits. Itu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti yang terjadi kepada pamannya, beliau hanya bisa sedih karena tidak bisa masuk Islam, tutur Asma.
Meski demikian, Asma menegaskan, Allah mengatakan banyak di ayat-ayat lainnya tentang berbuat baik bagi sesama manusia. Jadi yang diperlukan manusia adalah saling berbuat baik ke sesame manusia. Sementara urusan dosa dan pahala yang menjadi keyakinannya merupakan tanggung jawab masing-masing individu.

Blog Archive