Tuesday, March 10, 2015

Walau Rupiah 'Jeblok', Tapi Krismon Masih Jauh

Walau Rupiah 'Jeblok', Tapi Krismon Masih Jauh

-Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah. Bahkan beberapa waktu terakhir dolar AS berada di kisaran Rp 13.000, tertinggi sejak saat Indonesia mengalami krisis ekonomi (krisis moneter/krismon) 1998.

Mengutip data perdagangan Reuters, Selasa (10/3/2015), dolar AS saat ini diperdagangkan di posisi Rp 13.060. Hari ini, posisi terkuat dolar AS ada di Rp 13.070 dan terlemahnya ada di Rp 13.044.

Karena terakhir kali rupiah menyentuh Rp 13.000/US$ adalah pada Juli 1998, sejumlah pihak pun membandingkannya dengan krismon 1998. Namun apakah itu tepat?
Ini dia perbandingan kondisi 1998 dengan sekarang dalam infografis:Walau Rupiah 'Jeblok', Tapi Krismon Masih Jauh
Ketika krismon, pelemahan rupiah terjadi secara sangat drastis. Awalnya, dolar AS dipatok di kisaran Rp 2.000-2.500 karena Indonesia belum menganut rezim kurs mengambang. Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto kala itu tidak mau tahu, dolar harus bertahan di level itu at all cost.

Kemudian terpaan krisis mulai terasa, dan selepas pertengahan 1997 Indonesia pun meninggalkan sistem kurs terkendali, karena cadangan devisa terkuras agar dolar bisa bertahan di Rp 2.000-2.500. Kemudian, rupiah pun semakin terperosok.

Jelang akhir 1997, dolar AS sudah berada di kisaran Rp 4.000. Kemudian terus menanjak hingga mencapai Rp 6.000 pada awal 1998. Tidak lama kemudian, dolar AS pun menyentuh Rp 13.000 pada Januari 1998. Dalam sebulan, rupiah melemah sampai hampir 70%.

Setelah sempat mencapai Rp 13.000, dolar AS sedikit menjinak dan kembali menyentuh Rp 8.000 pada April 1998. Namun pada Mei 1998, Indonesia memasuki periode kelam. Penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, dan kejatuhan Orde Baru membuat rupiah 'terkapar' lagi.

Dolar AS pun mencapai titik terkuatnya sepanjang sejarah yaitu di Rp 16.650 pada Juni 1998. Artinya dari April hingga Juni, atau 3 bulan, rupiah melemah sampai 52%.

Pasca Orde Baru, Indonesia mengalami masa reformasi. Kepercayaan investor pun sedikit demi sedikit kembali, dan rupiah mulai menguat kembali. Dolar AS terus melemah, dan mencapai Rp 8.000 pada Oktober 1998. Terakhir kali dolar AS menyentuh Rp 13.000 seperti saat ini adalah pada Juli 1998.

Lalu bagaimana dengan kondisi rupiah saat ini? Dari awal tahun sampai sekarang, pelemahan rupiah adalah sekitar 4,8%. Tentu amat jauh dibandingkan dengan 1998, di mana kala itu rupiah bisa melemah 70% hanya dalam sebulan.

Tidak hanya dari sisi nilai tukar, kondisi perekonomian nasional pun perbandingannya bagai bumi dan langit. Misalnya dari sisi inflasi, di mana pada 1998 mencapai 77,6%. Saat ini, inflasi sepanjang 2015 bahkan minus 0,61%.

Kemudian dari sisi kekuatan industri perbankan, yang bisa diukur dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR). Pada 1998, CAR perbankan Indonesia -16%. Tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan CAR perbankan bisa mencapai 19,2%.

Hal yang sama terjadi pada pertumbuhan ekonomi. Pada 1998, ekonomi Indonesia menyusut alias terkontraksi 13,1%. Sementara tahun ini, ekonomi diproyeksikan bisa tumbuh 5,7%.

Oleh karena itu, sepertinya bayang-bayang krismon bisa kita tepis, setidaknya sampai saat ini. Namun bukan berarti pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengendurkan urat syaraf.

Pekerjaan ke depan masih cukup berat, apalagi ketika bank sentral AS The Federal Reserves/The Fed menaikkan suku bunga. Dolar AS yang 'pulang kampung' ke negaranya tentunya bakal menekan rupiah. detik.com

Blog Archive