Sunday, February 22, 2015

Kisah Oges, penderita lumpuh total yang mempunyai suara emas

Kisah Oges, penderita lumpuh total yang mempunyai suara emas

Oges. ©2015 Merdeka.com/rahmat hidayat

Oges terpaksa harus kehilangan masa remajanya akibat terserang penyakit GBS (Guillain Barre Syndrome). Penyakit yang menyebabkan tubuhnya dari leher hingga kaki lumpuh total. Dari leher hingga kaki tidak bisa bergerak, hanya tangan kirinya saja yang masih bisa dia kendalikan. Itupun dengan jari-jari yang kaku dan hanya bisa mengepal. Ujian berat ini dia alami saat Oges masih berudia 17 tahun, tepat selepas dia lulus SMA tahun 1991.

Dengan kondisi seperti itu, Oges harus menerima kenyataan kalau dirinya sudah tidak mungkin lagi meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Negara kita waktu itu masih belum memberikan fasilitas pendidikan yang memadai untuk para penderita disabilitas.

Selain lumpuh total, pernapasannya juga terganggu. GBS menyebabkan napasnya hanya 30 persen dari napas orang normal. Oges juga sering merasakan perih dari pinggang sampai kaki seperti orang yang baru kena luka bakar. Buang air pun menjadi kendala yang menyulitkan Oges. Dia sudah tidak sanggup ngeden untuk mengeluarkan kotoran dari perutnya.

Mengalami hal itu, Oges sempat putus asa. Bahkan dia sering mencaci Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil. "Saya sangat kecewa. Hidup segan mati tak mau. Saya pernah mogok makan, tidak mau minum obat. Merasa Tuhan itu jahat. Tapi akhirnya saya sadar Allah itu Maha Penyayang. Apa yang diberikan Allah itulah yang terbaik untuk kita," tutur pria kelahiran Bandung pada 1974 ini beberapa waktu lalu.

Meski penyakit GBS yang dideritanya sudah dinyatakan hilang, tapi dampaknya masih memprihatinkan. Oges terpaksa harus menghabiskan sisa hidupnya dalam kondisi lumpuh permanen. Tubuhnya dari leher hingga kaki masih sulit digerakan. Tapi Oges akhirnya bangkit. Dia tidak mau pasrah pada keadaan. Dengan segala keterbatasan fisik yang dia miliki, Oges berusaha untuk tetap berkarya.

Oges mengasah kembali bakatnya yang terpendam. Suara emas yang dimilikinya kembali dia dendangkan. Bersama saudara dan kawan-kawannya, Oges membentuk grup band religi yang dia beri nama Papa Romantic. Bakat musik dan menyanyi sudah dimiliki Oges sejak dia kecil. Waktu SMP, dia sudah sering manggung dan tampil di TV untuk menyanyi. Menggunakan nama Yoga Purnama dari nama aslinya Yogasuara, Oges dikenal sebagai penyanyi cilik yang berbakat. Berbagai lomba menyanyi pernah dia menangkan. dia juga kerap diliput media nasional.

Sudah ada 8 lagu yang dia ciptakan. Dari 8 lagu, 5 lagu menjadi soundtrack sebuah novel berjudul uhibouki karya Risma Inoy. Risma Inoy kemudian mengabadikan kisah Oges di dalam bukunya yang berjudul GBS Tak Menghalangi Langkahku. Lagu karya Oges pernah dipentaskan di Maroko, dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para penonton di sana. Bahkan Dubes Indonesia untuk Maroko Tosari Wijaya pun tersentuh mendengar lantunan lagu-lagu Oges.

"Tidak hanya memberikan komentar yang positif, tapi Pak Tosari juga bersedia menjadi penasehat Komunitas GBS di Indonesia," tambah Oges.

Akhir tahun lalu, Oges dibantu Risma Inoy mendirikan Komunitas GBS. Komunitas ini dia dirikan agar bisa memberikan informasi kepada masyarakat seputar penyakit GBS. Bersama GBS, Oges sering tampil sebagai pembicara di acara seminar dan talkshow. Oges berharap tahun ini GBS sudah bisa resmi berada di bawah naungan Kementerian Sosial.

"Di Eropa dan Amerika saja sudah ada komunitas untuk GBS. Di Indonesia belum ada. Padahal GBS menyerang sekitar 200 sampai 250 orang tiap tahun. Kita harus mensosialisasikan penyakit berbahaya ini kepada masyarakat," tandas Oges. merdeka.com

Blog Archive