Friday, February 20, 2015

Lion Air Delay Mulu, Ini Tiga Kesalahan Lion Air Terkait Delay

Nih Maskapai emang rajin banget buat delay, tapi gw yang juga sering menggunakan juga bingung mau gimana, ini salah satu maskapai yang paling oke di segi budget. Tapi ya gitu delay mulu... :sulkiness:
Dan, ternyata perasaan gw sama seperti tulisan ini. coba dibaca deh.

Lion Air Delay Mulu, Ini Tiga Kesalahan Lion Air Terkait Delay

Tidak terhitung berapa kali saya menggunakan jasa penerbangan grup Lion Air. Lion Air, Wings Air, dan Batik Air setidaknya mewarnai dua pertiga perjalanan udara saya. Kalau saya posting di fb tentang jadwal penerbangan dengan Lion Air, hampir pasti ada yang membuat plesetan tentang singkatan Lion Air. Plesetan yang seringkali saya baca adalah Late is Our Nature atau Late is Our Name. Sejujurnya, tidak semua penerbangan saya dengan Lion Air mengalami delay atau penundaan penerbangan. Ya, mungkin sekitar 20-25 % dari penerbangan saya yang mengalami delay. Walaupun hanya 1 dari 4 atau 1 dari 5 penerbangan toh tetap juga menyisakan rasa kesal yang luar biasa. Bukankah salah satu pertimbangan untuk menggunakan jasa penerbangan adalah menghemat waktu dan tenaga? Delay tentu saja sangat membuang waktu dan menguras tenaga.


“Sudah tahu kalau Lion Air sering delay, kok tetap pakai?” tanya teman saya.


Saya biasanya menjawab,” Lha, emang ada pilihan lain? Duit terbatas engga bisa naik Garuda. Mau pakai low cost carrier lain, kok tidak ada penerbangan ke sana,” itu jawaban saya biasanya.


Nah, dari pengalaman delay bersama Lion Air, saya mencatat setidaknya ada tiga kesalahan utama Lion Air. Tentu saja catatan ini berasal dari sudut pandang saya sebagai penumpang yang tidak banyak memahami hal-hal teknis terkait dengan penerbangan.


1. Pengumuman delay yang sepotong-sepotong


Ini pengalaman saya terbang dengan Wings Air dari Surabaya ke Yogyakarta. Check in lancar, eh begitu seharusnya sudah boarding, tidak ada pengumuman apapun. Penumpang sudah mulai gelisah, tapi bapak-bapak di samping saya berkata,” Udah biasa, jarang on time kalau boarding.” Tiga puluh menit kemudian ada pengumuman lisan kalau penerbangan ditunda 50 menit. Lantar terdengar koor seruan tanda kecewa dari penumpang. Saya putuskan untuk keluar dari ruang tunggu untuk mengurangi rasa kesal.


Lima puluh puluh menit kemudian saya kembali, eh saya malah tidak melihat ada petugas yang biasa memeriksa tiket sebelum boarding. Feeling saya sudah tidak enak. Nah, beneran khan ada pengumuman melalui pelantang suara kalau penerbangan ditunda lagi selama 90 menit alias satu setengah jam. Nyaris … terjadi kerusuhan! Beberapa orang sudah menendang dan menjungkirbalikan bangku tempat pemeriksaan tiket sebelum boarding. Sembilan puluh menit kemudian kami terbang? Tidak! Ada pengumuman bahwa penerbangan ditunda 50 menit lagi! Jadi, total penerbangan ditunda selama 220 menit alias nyaris empat jam.


Nah, kenapa sih pengumumannya sepotong-potong gitu? Pengumuman delay kok dicicil kayak angsuran motor saja. Kalau penumpang tahu dari awal bahwa delay nya nyaris 4 jam, khan mereka bisa memanfaatkan waktu dengan jalan-jalan sebentar ke mall terdekat, menengok korban lumpur Lapindo, meminta pasangan/ selingkuhan yang mengantar datang lagi ke bandara untuk nraktir atau nemenin bobo sebentar.


2. Kompensasi delay yang tidak membangkitkan selera


Seperti rekan-rekan yang lain, saya juga pernah memposting gambar makanan konpensasi delay yang diberikan Lion Air. Tidak ada satupun repy yang menanyakan,” Itu Lion Air beli makanannya di mana ya, kok kelihatan lezat sekali.” Rata-rata teman saya malah memberikan puk-puk tanda kasihan dan saya didoakan supaya tabah dalam menghadapi cobaan ini.


Kadang saya menerima nasi goreng yang rasanya luar biasa. Sulit didefinisikan. Asin engga, manis juga engga, sehingga perlu memaksa diri untuk menghabiskannya kalau pas tidak bawa cukup uang untuk membeli makanan sendiri. Kadang saya menerima nasi putih dengan nudget yang tentu saja sudah pasti dingin dan saos dalam kemasan, mirip dengan paket untuk anak-anak di resto cepat saji. Sama sekali tidak membangkitkan selera, hanya amarah yang bangkit kadangkala. Tak heran ada yang penumpang yang sekali mencicip makanan itu langsung menaruhnya di bawah kaki dan tidak pernah menyentuhnya lagi. Beberapa kotak makanan malah tak tersentuh oleh penumpang.


Saya pernah membaca kabar seorang pilot yang melakukan order pizza untuk seluruh penumpang penerbangannya yang mengalami delay. Ya di Amerika Serikat sih, tapi itu khan bisa jadi contoh yang baik untuk Lion Air. Toh layanan delivery pizza 24 jam juga sudah banyak ada di kota-kota besar di Indonesia. Alternatif lain misalnya menyajikan hidangan Nusantara, seperti misalnya Nasi Padang yang juga sudah banyak layanan antarnya. Apalagi kalau Lion Air selalu mengadakan prasmanan mendadak dengan 30 makanan khas Indonesia, maka dipastikan bakal jarang sekali ada yang komplain dengan delay itu. Malah mungkin penumpang akan berkomentar,”Delay itu nikmat” sambil menjilat jari yang masih ada sambal nasi bebek. Malah bakal ada penumpang yang merindukan,” Kapan ya delay lagi?”


3. Delay tanpa kepastian


Nah, ini mungkin yang paling mengesalkan. Ada delay, tapi tidak ada pemberitahuan penyebab dan kepastian waktu penerbangannya. Bahkan dalam beberapa kali, saya tidak melihat kehadiran petugas Lion Air di ruang tunggu keberangkatan. Kalau sudah seperti ini, pasti penumpang menjadi gelisah dan beringas.


Delay tanpa kepastian kapan terbang itu ibarat sudah lamaran, tapi tanggal pernikahan tak kunjung tentu. Menggelisahkan dan menimbulkan banyak tanda tanya bukan? Ehm … kok jadi malah bicara tentang lamaran dan pernikahan ya? Ya udah, berhenti saja deh sebelum banyak yang galau.


Itu pengalaman saya terkait dengan delay Lion Air. Bagaimana pengalaman Anda? Apakah ada usulan kepada Lion Air agar delay itu terasa nikmat? Bukankah katanya daripada mengutuki kegelapan lebih baik menyalakan lilin (asal tidak dalam pesawat)
Ada yang ngalamin perasaan yang sama? :welcoming:

Blog Archive