Thursday, February 19, 2015

Warga tewas dengan perut membuncit, 1 desa gelar sumpah dukun santet

Warga tewas dengan perut membuncit, 1 desa gelar sumpah dukun santet

Upacara sumpah dukun santet. ©2015 merdeka.com/gede nadi jaya

Ada cara unik yang selalu diterapkan warga di Dusun Pangkung Slepe, Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali. Setiap ada warganya yang terkena penyakit yang dianggap aneh, desa adat langsung menggelar prosesi upacara sumpah dukun santet.

Upacara yang digelar dari semalam saat bulan mati hingga hari ini, Kamis (19/2) disebut sebagai upacara 'Balik sumpah' atau 'Mening-ning'. Upacara ini ditujukan kepada warganya yang memiliki ilmu hitam.

"Kalau tidak ada warga kami yang terkena penyakit aneh, kami tidak menggelar upacara balik sumpah," terang salah seorang warga setempat.

Bahkan saat upacara ini digelar, satu desa mengosongkan rumahnya dan wajib untuk melakukan persembahyangan bersama di Pura Dalem (dekat kuburan). Karenanya hingga melibatkan aparat kepolisian untuk menjaga desa. Mereka melakukan sumpah bersama semacam 'sumpah pocong' meyakinkan bahwa tidak menjalankan ilmu hitam.

Ini dilakukan lantaran ada dua warga desa ini yang mengalami penyakit perut buncit atau membesar. Tanpa memeriksakan secara medis, warga adat sudah langsung memvonis bahwa itu akibat di santet dan dicurigai ada salah satu warga yang mempelajari ilmu santet.

Ironisnya, di zaman kekinian ini justru Bendesa Adat (Tetua adat) Pakraman Medewi Gusti Wenia, memfasilitasi kegiatan upacara sumpah, ini. "Ini bukan keinginan saya semata, ini keinginan warga dan sudah sejak lama upacara ini dilangsungkan. Tujuannya agar desa kami selalu melangkah ke ajaran yang positif," kilahnya.

Informasi dari sejumlah warga upacara sumpah tersebut dilaksanakan terkait adanya kematian warga Dusun Pangkung Slepo yang dianggap tidak wajar. "Warga yang meninggal perutnya besar. Bahkan ada yang meninggal di usia muda. Karena ini warga saling curiga, makanya digelar acara ini," ungkap warga setempat, Kamis (19/2) di Jembrana Bali. merdeka.com

Blog Archive