Wednesday, February 18, 2015

Peneliti Kembangkan Insulin Pintar untuk Kendalikan Diabetes

Diabetes Melitus atau disingkat DM yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit “Kencing Manis” adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma atau yang artinya gejala, yaitu berupa hiperglikemia (hyperglycemia, yaitu gula darah tinggi, adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah) yang kronis, dan juga gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:

Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
Defisiensi transporter dan glukosa, atau keduanya. Tipe-Tipe Diabetes

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

Diabetes Melitus Tipe 1, atau diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya ‘sel beta’ penghasil insulin pada “pulau-pulau Langerhans” di pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga.

Peneliti Kembangkan Insulin Pintar untuk Kendalikan Diabetes
Kebanyakan penderita Diabetes Melitus Tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes Melitus Tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, Diabetes Melitus Tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar Diabetes Melitus Tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.

2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)


Obesitas yang ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia diagnosis berkaitan dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat dan memulai untuk memengaruhi remaja dan anak-anak.

Diabetes Melitus Tipe 2 (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.

Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom-19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines itu merusak toleransi glukosa.

Obesitas yang ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia diagnosis berkaitan dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat dan memulai untuk memengaruhi remaja dan anak-anak. Diabetes Melitus Tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes Melitus Tipe 2 biasanya, pada awalnya diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan.

3. Diabetes Melitus Tipe 3 (GDM)
Peneliti Kembangkan Insulin Pintar untuk Kendalikan Diabetes

Sekilas gejala yang paling signifikan dari diabetes
Atau sering disebut Gestasional Diabetes Melitus /GDM (diabetes gestational, Diabetes Type 1 insulin-resistant, double diabetes, Diabetes Type 2 yang telah berkembang membutuhkan insulin yang disuntikkan, diabetes autoimun laten dewasa) adalah Diabetes Melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan pa****nesisnya.

GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

Ilmuwan Mengembangkan “Insulin Pintar” Untuk Kendalikan Diabetes

Para peneliti telah mengembangkan “insulin pintar” yang secara otomatis dapat mengatur jumlah gula darah dalam tubuh orang-orang yang mengidap Diabetes Tipe-1. Hal ini akan menjadi terobosan bagi para pasien, yang setiap hari bergulat untuk mempertahankan tingkat gula darah yang sehat.

Diabetes Tipe-1 terjadi ketika sistem imunitas tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreatik di pankreas yang memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang membantu memetabolisa gula atau glukosa dari makanan, yang digunakan sel-sel tubuh untuk bahan bakar.

Orang-orang dengan Diabetes Tipe-1 harus sering memeriksa tingkat glukosa mereka dan menyuntikkan insulin, terkadang beberapa kali sehari. Namun rutinitas itu dirasa tidak tepat.

insulin diabetesInsulin yang terlalu sedikit akan menaikkan tingkat gula darah yang seiring waktu dapat mengarah pada komplikasi-komplikasi serius, termasuk sakit jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Namun jika penderita Diabetes Tipe-1 mendapatkan terlalu banyak insulin, maka mereka berisiko koma yang membahayakan.

“Idenya adalah untuk mendapatkan sesuatu yang sama sekali otonom. Jadi jika pasien tidak usah memeriksa tingkat gula darah mereka, jika mereka dapat menyuntikkan insulin di pagi hari dan tahu bahwa mereka mendapat cukup pasokan untuk hari itu, hal itu merupakan skenario terbaik. Tapi saya kira disitulah peran generasi insulin respon glukosa “pintar”,” ujar Matthew Webber, insinyur biomedis di Massachusetts Institute of Technology yang membantu mengembangkan insulin “pintar” yang mengaktivasi diri ketika tingkat gula darah meningkat.

Suntikan tunggal agen yang bekerja lama mengikat molekul-molekul glukosa yang beredar dalam darah, secara otomatis membawa tingkat gula darah turun ketika mereka melonjak.

Webber mengatakan para peneliti telah melakukan tes-tes menggunakan hewan laboratorium. Tes itu menunjukkan bahwa “insulin pintar” bekerja selama sedikitnya 14 jam, berulang, dan otomatis bekerja menurunkan tingkat gula darah dalam tikus.

Penelitian ini telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Para peneliti berharap selanjutnya akan melakukan uji coba pada manusia untuk insulin respon-glukosa pertama.

Efek Dari Penyakit Diabetes Militus

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma (gejala) yang dapat terpicu oleh diabetes melitus, antara lain:

• Demensia Alzheimer
Peneliti Kembangkan Insulin Pintar untuk Kendalikan Diabetes
Perbandingan otak normal (kiri) dengan otak alzheimer (kanan).
Alzheimer bukan penyakit dan bukanlah sindrom, namun adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan mengerut atau mengecilnya otak yang menyebabkan penurunan daya ingat dan penilaian secara bertahap yang biasanya disertai dengan perubahan kepribadian dan kemampuan untuk mengekspresikan diri.

Alzheimer juga dikatakan bersinonim dengan orang tua dan biasanya bermula pada usia tua sekitar 65 tahun, namun sejarah membuktikan bahwa penyakit pertama yang dikenal pasti menghidap penyakit ini ialah wanita dalam usia awal 50-an. Di Indonesia, walau artinya masih luas, biasa disebut dengan “pikun” yaitu penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.

Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.

• Ataxia-telangiectasia (AT)

Adalah turunnya kemampuan koordinasi atas gerakan otot. Ataksia bukanlah penyakit, dan juga bukan merupakan sindrom. Ataksia adalah simtoma (gejala) berupa pudarnya kemampuan koordinasi atas gerakan otot.

Blog Archive