Tuesday, March 24, 2015

Catatan Terakhir Claudia Sebelum Diajak Ayahnya Bunuh Diri

Catatan Terakhir Claudia Sebelum Diajak Ayahnya Bunuh Diri

KOMPAS.com/M Wismabrata Catatan terakhir Claudia sebelum meninggal dalam aksi bunuh diri yang dilakukan ayahnya, Jumat (20/3/2015) malam.

Duka mendalam masih terasa di keluarga Sri Lestari (34), ibu dari Santa Maria Claudia (8), yang tewas tertabrak kereta api bersama ayah kandungnya, Oktavianus Cahyo Saputro (36), Jumat (20/3/2015) malam sekitar pukul 21.10 WIB.

Claudia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit setelah diajak ayahnya menabrakkan diri ke kereta api Gajayana jurusan Solo-Jakarta yang sedang melaju kencang, di Brengosan, Manahan, Solo. Cahyo nekat bunuh diri dengan mengajak putri semata wayangnya karena gagal mendapatkan hak asuh dalam sidang perceraian yang sedang dijalaninya.

Sebelum meninggal, Claudia sempat menuliskan kerinduan untuk bisa bersama lagi dengan kedua orangtuanya di buku hariannya. Secarik kertas berwarna merah muda yang bertuliskan "catatan" di bagian atasnya adalah milik Claudia.

Di dalam catatannya tersebut, gadis mungil itu mengungkapkan bahwa dia baru saja berulang tahun ke-8. Claudia lalu bertutur bahwa dirinya begitu sedih saat mengetahui proses perceraian kedua orangtuanya.

"... Aku sedih sekali, papa mamahku akan berpisah, aku sedih sekali dan aku tadi makin sedih, aku kangen mama dan aku bisa cuma bedoa kepada Tuhan, dan aku senang bisa bertemu mamah..." demikian tertulis.

Dalam catatan terakhir itu pula, Claudia menulis harapannya.

"... Tadi malam ulang tahunku ke-8 tahun, aku sangat senang sekali. Semoga tambah sehat tambah pintar dan semoga bahagia selalu tidak boleh sedih," tulisnya.

Surat itu ditulis Claudia sehari setelah ulang tahun dirinya pada tanggal 21 Desember. Saat itu, dia harus tinggal bersama ayahnya dan hanya bisa bertemu dengan ibundanya saat pulang sekolah. Selama proses perceraian, Claudia dilarang oleh sang ayah untuk bertemu dengan ibunya.

Kepolisian menyebutkan, Claudia memang diajak bunuh diri bersama ayahnya. Bocah yang masih mengenakan baju tidur berwarna putih dengan motif bunga itu mengalami luka parah di bagian kepala. Tubuhnya terempas belasan meter dan terseret kereta api.

Warga sempat menolong Claudia. Namun, dia meninggal sebelum sampai di RS Kasih Ibu, Solo. Sementara itu, Cahyo tewas di lokasi kejadian karena luka parah di sekujur tubuhnya.

Beberapa saksi mata mengaku melihat Cahyo membopong putrinya berjalan ke rel kereta api saat KA Gajayana melaju kencang.

Pihak keluarga Sri Lestari masih tidak percaya dengan peristiwa yang merenggut nyawa Claudia dan ayahnya itu. Semenjak pulang merantau dari Bali, Cahyo dan istrinya memang kerja serabutan.

Lestari bekerja di sebuah warung Soto, sedangkan Cahyo sempat bekerja di sebuah pabrik. Sejak saat itu, hubungan keduanya mulai merenggang. Cahyo berpisah dengan istrinya yang kemudian tinggal bersama dengan kakaknya. Claudia pun tinggal bersama Cahyo.

"Sejauh saya mengenal saudara ipar saya, Cahyo, memang sangat sayang kepada Claudia. Menjelang putusan pengadilan, ayahnya tidak terima apabila Claudia diasuh ibunya, bahkan sempat mengancam akan melakukan apa pun agar bisa mengasuh anaknya tersebut," ujar Bambang, kakak ipar Cahyo.

Pihak keluarga sudah berusaha untuk mendamaikan keduanya agar tidak bercerai. Namun, keinginan Sri Lestari untuk berpisah dengan suaminya tidak terbendung karena alasan tertentu yang enggan diutarakannya. kompas.com

Blog Archive